Breaking News
Berita  

Sudah Siapkah Pertanian 4.0 Diterapkan di Perdesaan?

OPINI

Oleh:Engki Fatiawan
(Mahasiswa Ilmu Tanah Unhas dan Ketua IMM Pertanian Unhas)

METAINFO.ID,MAKASSAR-Kemajuan teknologi dalam peradaban manusia telah membuat perubahan dan mendorong dunia era revolusi 4.0. Era ini ditandai dengan mesin-mesin yang serba otomatis dan terintegrasi dengan jaringan internet. Kecanggihan teknologi merambah pada setiap lini kehidupan manusia termasuk di bidang pertanian.

Dalam bidang pertanian juga dikenal perjalanan perubahan wajah pertanian dari yang dulunya masih memakai peralatan yang sangat sederhana hingga sekarang menggunakan alat yang lebih kompleks sesuai dengan tuntutan zaman. seiring berjalannya waktu, pertanian yang dahulunya hanya dilakukan untuk memenuhi kebeutuhan sehari-sehari sekarang juga menjadi bagian dari industri sebagai penyedia bahan mentah untuk kebutuhan industri lainnya. Tentunya hal ini membutuhkan lahan pertanian yang cukup luas pula.

Indutrialisasi dalam bidang pertanian ini bermula pada saat berbagai jenis tanaman perkebunan dianam secara massal. Iwan Setiawan, dkk, dalam bukunya yang berjudul “Pertanian Postmodern” menjelaskan pertanian modern terjadi sejak perkebunan teh, kina, tebu, karet dan kakao dikembangkan penguasa kolonial di Nusantara. Hal tersebut menjadi produk revolusi industri dalam perspektif barat menjadi “motor utama” kemodernan.

Perjalanan revolusi pertanian ini modern kini dikenal dengan pertanian 1.0 yang ditandai dengan penggunaan mesin-mesin pertanian, pupuk sintetis, dan berbagai input kimia lainnya terhadap pertanian. Pada masa ini sebetulnya dikuasai langsung oleh penjajah untuk malakukan penanaman paksa di Nusantara. Berakhirnya penjajahan pada negara dunia ketiga, menjadi pananda hilangnya sistem pertanian yang tidak memanusiakan. Oleh karena itu muncullah pertanian 2.0 dengan sistem yang lebih maju dari pertanian sebelumnya. Green Revolution disambut baik pada era pertanian 2.0 ini dengan inovasi benih, pupuk, pestisida, irigasi, mesin pertanian modern, sistem pengorganisasian petani. Revolusi hijau diterima dengan antusias oleh negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia pada saat itu yang sedang menghadapi persoalan krisis pangan dan politik.

Selanjutnya pertanian 3.0 ditandai dengan pertanian presisi dengan menerapakan GPS (Global Positioning System) dalam bidang pertanian. Sementara untuk pertanian 4.0 muncul kemudian sebagai akibat perkebangan yang sangat pesat dalam bidang Internet of Things. Hal ini merambah dalam bidang pertanian yang terintegrasi dengan internet.

Adopsi penggunaan teknologi pertanian yang menguat kini memunculkan permasalahan baru yang dihadapi petani seperti akses dan penggunaan teknologi ditengah harganya yang mahal. Pertanian era 4.0 merupakan pertanian yang erat kaitannya dengan teknologi dan internet. Dalam penguasaannya tentunya petani-petani di Indonesia yang umumnya petani tua akan mengalami kesulitan. Data Badan Pusat Satistik tahun 2018 menunjukkan bahwa hanya 885.077 petani yang berusia di bawah 25 tahun, selebihnya didominasi oleh petani dengan rentang usia 45-65 tahun. Artinya hanya segelintir petani yang dapat menggunakan atau terlibat dalam pertanian 4.0 ini.

Selain itu, ketimpangan antar daerah yang telah maju dan daerah yang masih berkembang atau masih menggunakan cara-cara lama dalam proses pertaniannya juga menjadi masalah dalam penerapan pertanian 4.0. Jika ingin menyamaratakan pertanian yang berbasis pada pertanian 4.0 di setiap wilayah yang ada di Indonesia maka ini akan memunculkan ketimpangan. Suatu daerah yang telah menerima perubahan pertanian 3.0 akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan pertanian 4.0 akan tetapi suatu daerah atau desa yang belum menerapkan pertanian 3.0 atau masih dalam penerapan pertanian tradisional tentunya hal tersebut sangat sulit untuk diterapkan.

Fenomena tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan stake holder terkait untuk memajukan pertanian Indonesia. Hal yang menarik dalam kemajuan pertanian ini pada dasarnya memberikan keuntungan besar bagi para penyedia alat pertanian modern tersebut. Petani di pedesaan identik dengan petani kecil yang telah diserang melalui pupuk yang langka dan subsidi yang tidak merata. Ditambah lagi dengan adanya teknologi yang harganya mahal akan menambah lagi beban pengeluaran petani. Alih-alih dapat keuntungan yang lebih, hal tersebut hanya menambah kerugian.

Perlu disadari bahwa dengan adanya teknologi yang canggih memang menjadi sebuah kemajuan dalam bidang pertanian. Namun, perlu juga diketahui bahwa SDM yang ada belum tentu dapat menerima dengan baik. Bukannya menolak teknologi, akan tetapi jika ingin menerapkan dalam masayarakat maka perlu pembekalan terhadap sumber daya manusianya.

Ada hal lain yang mesti harus ditata dengan baik sebelum penerapan internet of things dalam bidang pertanian di pedesaan. Selain dari permasalahan fisik kesuburan tanah, ketersediaan irigasi, teknologi benih, pestisida dan sebagainya, juga terhadap sistem pertanian dan ketersediaan lahan. Selama ini sistem pertanian keuntungan tidak berpihak pada petani melainkan ada pada pedagang. Rantai penyaluran hasil-hasil pertanian yang panjang menyebabkan petani mendapatkan harga yang serendah-rendahnya dengan keuntungan yang kecil. Mereka yang berada pada posisi di antara petani dan konsumenlah yang dapat memainkan harga.

Sistem tersebut harus diubah dimana petani harus mampu berdaulat menentukan harga dari produk pertaniannya. Selain itu, masalah lain yang ada tentu penguasaan terhadap lahan. Fenomena yang banyak terjadi yakni perampasan lahan petani oleh korporate menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi petani kecil. Oleh karena itu, sebuah regulasi harus hadir untuk mendukung kesejahteraan petani. Jika penarapan teknologi pertanian 4.0 mampu mensejahterakan petani maka hal tersebut dapat diterima. Akan tetapi, untuk saat ini ketimpangan terhadap petani yang menguasai dan yang tidak menguasai sangat besar. Maka dapat disimpulkan, masih banyak petani belum mampu menerima pertanian 4.0.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *